Foto: CNBC Indonesia/Tri Susilo

Apa Yang Menjadi Prospek Adaro (ADRO) Setelah Pemisahan Bisnis Batu Bara?

Selasa, 12 Nov 2024

Emiten tambang batu bara Adaro Energy Indonesia (ADRO) berencana untuk melakukan pemisahan usaha atau spinoff terhadap anak usahanya di sektor batu bara termal, yaitu Adaro Andalan Indonesia (AAI). Rencana tersebut telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan pada 18 Oktober 2024. Selain itu, perusahaan juga sedang mengajukan izin kepada pemegang saham untuk melakukan perubahan nama perusahaan serta pembagian dividen besar kepada para investor sebelum unit bisnis batu bara tersebut dilepas.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, menyatakan bahwa prospek saham ADRO pasca spinoff AAI akan sangat dipengaruhi oleh dinamika dividen. Dengan adanya dinamika ini, kemungkinan terjadinya koreksi wajar pada saham ADRO menjadi sangat terbuka.

Ia menjelaskan bahwa sebelumnya, saham ADRO telah mengalami tren penguatan karena pasar telah menyesuaikan harga sehubungan dengan spinoff AAI.

"Untuk saat ini, ADRO mengalami koreksi wajar," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Senin (11/11).

Nafan juga menambahkan bahwa terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat memberikan sentimen positif bagi perusahaan-perusahaan di sektor batu bara dan energi fosil secara umum.

Di sisi lain, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, mengungkapkan bahwa pelepasan PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), yang merupakan anak perusahaan di sektor batu bara termal, akan memberikan dampak signifikan terhadap fundamental ADRO.

Menurutnya, AAI sebelumnya memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan dan laba bersih ADRO secara konsolidasi. Oleh karena itu, setelah transaksi ini, diperkirakan pendapatan akan turun sekitar 65%, dan laba bersih akan berkurang 64% berdasarkan laporan keuangan proforma per 30 Juni 2024.

Adaro telah melaporkan laba bersih sebesar US$1,18 miliar, yang setara dengan lebih dari Rp18 triliun, hingga akhir kuartal III-2024. Angka ini mengalami penurunan sebesar 2,47% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, yang tercatat sebesar US$1,22 miliar. Selain itu, pendapatan usaha juga mengalami penurunan tahunan (yoy) sebesar 10,64% pada periode yang sama, menjadi US$4,45 miliar.

Meskipun hal ini memberikan tekanan pada pendapatan dan laba perusahaan, divestasi AAI dianggap dapat memberikan keuntungan strategis. Maximilianus menyatakan bahwa dengan mengurangi keterlibatan di sektor batu bara termal, ADRO dapat lebih fokus pada diversifikasi energi yang lebih ramah lingkungan, seperti energi terbarukan.

Pengurangan eksposur terhadap batu bara juga dapat membantu ADRO dalam mengelola risiko yang timbul akibat ketidakpastian di pasar batu bara global, termasuk fluktuasi harga dan perubahan regulasi.

"Walaupun pelepasan AAI mengakibatkan penurunan pendapatan dan laba bersih, prospek jangka panjang ADRO tetap dapat positif jika perusahaan berhasil melakukan diversifikasi ke sektor lain, terutama energi terbarukan dan industri non-batu bara," ujarnya.

Namun, dalam jangka pendek, pelepasan AAI diperkirakan akan memberikan tekanan pada kinerja perusahaan, mengingat kontribusi signifikan AAI terhadap pendapatan dan laba ADRO.

Prospek ADRO sangat bergantung pada keberhasilannya dalam membangun bisnis baru yang dapat menggantikan peran AAI, seperti investasi dalam proyek energi terbarukan.

Di sisi lain, meskipun ada pergeseran menuju energi terbarukan, permintaan batu bara di beberapa wilayah, terutama di Asia, masih cukup kuat dalam waktu dekat. Hal ini dapat membantu ADRO untuk mempertahankan posisinya di pasar batu bara yang tersisa.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar