BUMN Industri Pertambangan MIND ID mengajukan permohonan dukungan kepada DPR untuk membatasi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel baru di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kelebihan pasokan produk nikel yang dapat menyebabkan penurunan harga yang signifikan. "Apabila terjadi kelebihan pasokan seperti yang telah terjadi pada feronikel, harga akan anjlok, karena kelebihan pasokan yang mungkin terjadi secara tidak langsung dan tanpa sengaja. Saat ini, harga feronikel hampir tidak mampu menutupi biaya produksi," ungkap Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, yang dikutip pada Jumat (6/12/2024). Hendi menekankan bahwa jika pembangunan smelter nikel kelas dua terus berlanjut di Indonesia, dikhawatirkan pasokan nikel jenis NPI dan FeNi akan semakin melimpah, sehingga harga produksinya tidak akan lagi menguntungkan. Kami mengharapkan adanya dukungan dalam aspek tata kelola, serta meminta agar jumlah smelter dibatasi. Kami khawatir bahwa banyaknya smelter yang ada dapat menyebabkan kelebihan pasokan di pasar global, ungkapnya. Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menginformasikan bahwa pemerintah akan meninjau kembali rencana moratorium atau pembatasan operasi smelter nikel di Indonesia. Pemerintah sebelumnya telah menyatakan niat untuk tidak melanjutkan pengembangan smelter nikel, khususnya jenis RKEF. Hal ini disebabkan oleh jumlah smelter nikel jenis RKEF yang sudah terlalu banyak. Saat ini, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyatakan bahwa pihaknya akan mengevaluasi kembali rencana moratorium untuk smelter yang mengolah nikel dengan kadar rendah di Indonesia. Salah satu pertimbangannya adalah kebutuhan industri terhadap produk nikel yang dihasilkan oleh smelter RKEF di Indonesia. "Oleh karena itu, moratorium tersebut tampaknya tidak diperlukan. Jika kita menerapkan moratorium, hal itu justru akan berdampak negatif terhadap industri dan dapat menimbulkan efek berlipat," jelas Yuliot saat ditemui di acara ASEAN Mining Conference (AMC) 2024, di Meru Sanur, Bali, yang dikutip pada Selasa (19/11/2024). Yuliot berpendapat bahwa kebijakan moratorium terhadap smelter nikel RKEF dapat diterapkan jika pasokan nikel dari smelter RKEF di Indonesia sudah melimpah dan kebutuhan industri telah terpenuhi. "Untuk moratorium smelter, kita perlu mempertimbangkan. Ini juga berkaitan dengan kebutuhan industri. Jadi, jika kita memutuskan untuk melakukan moratorium, hal itu hanya bisa dilakukan jika pasokan sudah berlebih, dan kita dapat melakukan evaluasi, termasuk kebijakan moratorium itu sendiri," ujarnya. Namun, Yuliot menegaskan bahwa saat ini pemerintah belum mengambil langkah untuk menerapkan moratorium terhadap smelter nikel RKEF di dalam negeri. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, menambahkan bahwa pihaknya sebelumnya memang mempertimbangkan untuk membatasi atau melakukan moratorium terhadap smelter nikel RKEF di dalam negeri. Namun, saat ini mereka masih melakukan evaluasi untuk menentukan apakah langkah moratorium tersebut perlu diambil oleh pemerintah. "Iya, saat ini masih dalam tahap evaluasi. Sebelumnya memang ada pembahasan mengenai moratorium (smelter) RKEF, sekarang kita evaluasi kembali untuk menentukan langkah yang paling tepat," kata Tri dalam kesempatan yang sama. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia merupakan penghasil nikel terbesar di dunia, dengan kontribusi mencapai 23% dari total cadangan global. Nikel memiliki total sumber daya sebesar 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam, dengan cadangan sebesar 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam. Komoditas ini juga memiliki area yang belum dieksplorasi, atau greenfield, di beberapa daerah yang kaya akan nikel, seperti Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Who s force and the
Who s force and the hands already trained to everything Everything will be my place Where
Who s force and the
Who s force and the hands already trained to everything Everything will be my place Where
Who s force and the
Who s force and the hands already trained to everything Everything will be my place Where