Bencana Longsor Di IMIP Mengancam Stabilitas Pasokan Nikel Global

Selasa, 15 Apr 2025

Insiden longsor yang terjadi di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi, baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan trader mengenai kemungkinan penurunan pasokan nikel dari Indonesia.

Selain itu, beberapa trader juga merasa cemas terkait meningkatnya penggunaan metode High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk ekstraksi nikel dengan kadar rendah (limonit), yang menghasilkan limbah dalam jumlah yang lebih besar.

Sebelumnya, dua pekerja dilaporkan tewas dan satu orang lainnya hilang akibat longsor yang terjadi di IMIP, Sulawesi, bulan lalu. Kecelakaan ini terjadi di area tailing milik PT QMB New Energy Materials Co. Ltd., sebuah perusahaan asal China.

Menurut beberapa trader yang mengetahui insiden tersebut, pabrik terpaksa menghentikan hampir seluruh aktivitas produksinya akibat kecelakaan ini. Beberapa penambang di kawasan tersebut juga harus mengurangi produksi mereka.

GEM Co Ltd, sebagai pemegang saham terbesar QMB, mengakui adanya penurunan produksi pada awal tahun ini. Namun, manajemen menyatakan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh perawatan yang dijadwalkan dan libur Idulfitri.

Sementara itu, manajemen IMIP mengonfirmasi terjadinya longsor dan adanya korban jiwa, tetapi menegaskan bahwa produksi tidak terganggu. Mereka menyoroti hujan deras yang berkepanjangan sebagai penyebab kecelakaan bulan lalu.

Di sisi lain, trader nikel di Asia Tenggara dan China berpendapat bahwa dampak jangka pendek dari insiden ini terhadap harga masih terbatas, meskipun ada koreksi dalam pasokan nikel dari Indonesia.

Namun, kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan yang berulang semakin meningkat, seiring dengan meluasnya penggunaan metode HPAL. Metode ini memungkinkan ekstraksi nikel dari bijih berkadar rendah, tetapi menghasilkan limbah dalam jumlah yang signifikan.

Sebagai penyumbang lebih dari 50% produksi nikel global, gangguan yang berkelanjutan di Indonesia dapat memperketat pasokan dunia, meskipun saat ini pasar nikel sedang mengalami surplus.

Sejak ekspansi besar-besaran dimulai satu dekade lalu, sejumlah kecelakaan terus terjadi di kawasan tambang dan pemurnian bijih nikel di Indonesia. 

Insiden terparah terjadi pada 2023, ketika ledakan di smelter menewaskan 21 pekerja dan memicu teguran dari pemerintah. 

Kini, dengan maraknya pembangunan pabrik HPAL, pengelolaan limbah yang buruk dikhawatirkan kembali memicu lemahnya standar lingkungan dan keselamatan industri di Indonesia. 

Dalam lima tahun terakhir, Indonesia telah membangun sekitar 10 pabrik HPAL — separuhnya telah beroperasi, sebagian besar berkat investasi dan teknologi dari China.

Metode HPAL dinilai lebih murah dan rendah emisi karbon dibanding metode lain, namun menghasilkan limbah dua kali lebih banyak.

Limbah ini dikeringkan, dipadatkan, dan disimpan di area khusus. Kegagalan dalam pengelolaan limbah dapat mengganggu produksi secara signifikan.

Sejumlah pakar mempertanyakan ihwal kecocokan metode HPAL digunakan di Indonesia, mengingat tantangan geografis seperti hujan lebat, gempa bumi, dan longsor yang memperumit penyimpanan limbah.

“Masalah ini tidak bisa dianggap kasus terpisah antar perusahaan. Ini mencerminkan masalah struktural industri,” kata Direktur Energy Shift Institute Putra Adhiguna, berbasis di Australia. 

Putra menambahkan, dengan insiden yang terus berulang, risiko pasokan akan “selalu membayangi.”

Di sisi lain, IMIP menyebut perseroannya tengah meningkatkan standar keselamatan dan mitigasi risiko geologis di kawasan industri melalui reklamasi lahan, perataan, dan penghijauan.

Meski besaran pasti penurunan produksi belum diketahui, sumber yang mengetahui informasi tersebut mengatakan QMB — yang juga dimiliki oleh Tsingshan Holding Group C dan Guangdong Brunp Recycling Technology Co Ltd — kemungkinan akan mencatat penurunan output pada April, seiring berlangsungnya investigasi pemerintah atas insiden tersebut.

Dalam pernyataan tertulis, GEM menyebut pabrik telah mengirimkan lebih dari 25.000 ton nikel pada kuartal I-2025.

Juru bicara Kementerian Perindustrian belum memberikan tanggapan atas permintaan konfirmasi dari Bloomberg.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar